Goresan sajak oleh: Irma Safitriani
Jangan salahkan malam ketika engkau takut gelap
malam tak memberimu sakit atau kesedihan
namun suasana yang terjadi memupuknya menjadi hawa kematian
Jangan salahkan duri ketika engkau tertusuk
duri tak akan menusuk bila engkau tak mendekat
tapi ketidaksaran mu lah yang memulainya
Pastikan saja kau tak menyalahkan yang tak salah
tak menguras keringat untuk bersitegang bahwa dia yang salah
jangan biarkan diri hanyut dalam kebusukan ego mu
hingga kau buntu dan menebak-nebak luka
perih yang menuai air mata
semua tau betapa sakitnya itu
namun buatlah hati mu tetap menjadi hati
tak usah biarkan ia menjadi iblis di dalam diri mu sendiri
Hingga kau lupa bahwa sayatan perlu di sembuhkan bukan menambah nya dengan yang baru
Jumat, 03 November 2017
Rabu, 01 November 2017
Berbalut dengan rindu dan kebencian
Goresan sajak oleh: Irma Safitriani
Diri selalu saja merinduimu
Merindukanmu pada senja yang menunggu malam memeluknya
pada mata yang ingin segera menepi pada peraduan
pada kenangan yang ku jumpai di setiap kesibukan ku
Menyakitkan, ketika melupakan mu adalah pilihan
aku mengutuk diriku yang tak bisa lepas pada ikatan simpul yang lalu
ingin sekali bermuram ketika kau kembali namun yang terjadi sumringah yang kutawarkan
berkali-kali aku memperingati diri dan berkali-kali juga aku mengkhianati diri
seharusnya bukankah ketika kau toreh sayatan aku akan meneriaki mu?
tapi yang ku lakukan adalah memaafkan lalu kau pun berulah hal yang sama di lain waktu
Bodoh, yang menaruh harapan padamu itulah aku
bertahun-tahun mempercayai dan berakhir dengan kehancuran
selama ini tersenyum ketika mendengar namamu sehingga aku tak tau bahwa kau bercanda cinta dengan yang lain
ku teguhkan hatiku untuk mengingat satu bentuk manusia yang hanya kamu
namun manusia itu pula yang menyampahiku
Kejam, ku sebut itu kamu
kau ucap setia ku hanya sebatas jarak yang tak lama akan memudar
setia yang hanya ada pada cerita cinta dalam kisah-kisah yang berakhir pilu
hingga dengan tak sadar kau pun menerbangkan dirimu pada dahan yang lebih lebat daunnya
karena aku hanyalah ranting tua yang sudah rapuh dan membebani kisah cinta mu yang mengemas dan melegenda itu.
dari ku
hujan di senja hari
Diri selalu saja merinduimu
Merindukanmu pada senja yang menunggu malam memeluknya
pada mata yang ingin segera menepi pada peraduan
pada kenangan yang ku jumpai di setiap kesibukan ku
Menyakitkan, ketika melupakan mu adalah pilihan
aku mengutuk diriku yang tak bisa lepas pada ikatan simpul yang lalu
ingin sekali bermuram ketika kau kembali namun yang terjadi sumringah yang kutawarkan
berkali-kali aku memperingati diri dan berkali-kali juga aku mengkhianati diri
seharusnya bukankah ketika kau toreh sayatan aku akan meneriaki mu?
tapi yang ku lakukan adalah memaafkan lalu kau pun berulah hal yang sama di lain waktu
Bodoh, yang menaruh harapan padamu itulah aku
bertahun-tahun mempercayai dan berakhir dengan kehancuran
selama ini tersenyum ketika mendengar namamu sehingga aku tak tau bahwa kau bercanda cinta dengan yang lain
ku teguhkan hatiku untuk mengingat satu bentuk manusia yang hanya kamu
namun manusia itu pula yang menyampahiku
Kejam, ku sebut itu kamu
kau ucap setia ku hanya sebatas jarak yang tak lama akan memudar
setia yang hanya ada pada cerita cinta dalam kisah-kisah yang berakhir pilu
hingga dengan tak sadar kau pun menerbangkan dirimu pada dahan yang lebih lebat daunnya
karena aku hanyalah ranting tua yang sudah rapuh dan membebani kisah cinta mu yang mengemas dan melegenda itu.
dari ku
hujan di senja hari
Langganan:
Postingan (Atom)